Sabtu, 20 April 2013

Kerajaan Kutai

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Bukti tentang keberadaan Kerajaan Kutai dapat diketahui dari tujuh buah batu bertulis yang disebut yupa. Yupa merupakan batu bertulis yang dibuat sebagai peringatan upacara kurban. Berdasarkan ketujuh yupa tersebut dapat diketahui bahwa Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad 5 Masehi atau sekitar tahun 400 Masehi. Yupa tersebut juga menyatakan bahwa raja yang memerintah saat itu adalah Raja Mulawarman, karena Raja Mulawarman yang memerintahkan pembuatan yupa.
Raja Mulawarman diperkirakan merupakan nama asli Indonesia karena kakeknya bernama Kudungga. Kudungga merupakan nama asli Indonesia. Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman. Aswawarman merupakan nama yang berasal dari bahasa Sanskerta. Bahasa sanskerta adalah bahasa asli dari Indonesia dan penggunaan bahasa ini bisa kita jumpai dalam sejumlah prasasti di Nusantara, misalnya Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Aswawarman disebut sebagai Wamsakarta atau pembentuk keluarga.
Pada saat Aswawarman naik tahta, ia dinobatkan sebagai raja dengan cara Hindu. Penobatan raja diperkirakan dilakukan dengan cara vratyastoma, yaitu pengangkatan seseorang menjadi kasta yang tinggi atau bangsawan. Kasta bangsawan adalah tingkatan tertinggi pembagian masyarakat Hindu selain kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta Sudra. Raja Aswawarman memiliki tiga orang putra, salah satunya adalah Mulawarman.
Melalui prasasti yang berupa yupa juga diketahui bahwa Kerajaan Kutai beragama Hindu. Hal ini didasarkan kepada informasi yang terdapat pada salah satu yupa yang menyatakan bahwa Raja Mulawarman memberikan sedekah berupa 1.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat suci Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci yang digunakan masyarakat untuk menyembah Dewa Siwa, yaitu salah satu Dewa Trimurti dalam agama Hindu.

Sejarah

Yupa

Berkas:Prasasti-Yupa02.jpg
Salah satu yupa dengan inskripsi, kini di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta


Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa/prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan.
Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman

Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai

  1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
  2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
  3. Maharaja Mulawarman
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Nala Parana Tungga
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  11. Maharaja Indra Warman Dewa
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa
  13. Maharaja Candrawarman
  14. Maharaja Sri Langka Dewa
  15. Maharaja Guna Parana Dewa
  16. Maharaja Wijaya Warman
  17. Maharaja Sri Aji Dewa
  18. Maharaja Mulia Putera
  19. Maharaja Nala Pandita
  20. Maharaja Indra Paruta Dewa
  21. Maharaja Dharma Setia

Lain-lain

Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu. Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sangsekerta.Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567