Pada  batu nisan dari makam Maulana Malik Ibrahim terdapat inskripsi sebagai  berikut : “ Inilah makam Almarhum Al-Maghfur yang mengharap rahmat  Allah, kebanggaan pangeran-pangeran, sendi sultan dan menteri-menteri,  penolong para fakir dan miskin, yang berbahagia lagi syahid,  cemerlangnya simbol agama dan negara, Malik Ibrahim yang terkenal dengan  nama Kaki Bantal, Allah meliputinya dengan rahmat dan keridhaan-Nya,  dan dimasukan ke dalam Syurga. Telah wafat pada hari Senin, 12 Rabiul  Awal tahun 822 H” (Sajed Alwi, 1957). Inskripsi ini memberikan tanda  terhadap kiprah Sunan Maulana Malik Ibrahim sebagai Utusan Allah di  Tanah Jawa yang menghantarkan kepada terbentuknya Kerajaan Islam Tanah  Jawa yang beribukota di Demak sebagai Madinah-Jawa.
Dikalangan Wali Sanga, Maulana Malik  Ibrahim  disebut-sebut sebagai wali paling populer dan senior, alias  wali pertama. Ada sejumlah versi tentang asal-usul Syekh Magribi,  sebutan lain dari Sunan Gresik itu. Ada yang mengatakan ia berasal dari  Turki, Arab Saudi, dan Gujarat. Sumber lain menyebutkan ia lahir di  Campa (Kamboja). Maulana Malik Ibrahim bisa disebut sebagai bapaknya  para Wali.
Wali Sanga berarti sembilan orang wali.  Nama suatu Dewan Dakwah  yang selanjutnya merupakan Majelis Syuro di  Kesultanan Demak pada abad ke-15 sampai 16 M. Sebenarnya jumlah para  wali bukan sembilan, tetapi jika ada anggota yang meninggal dunia, maka  diganti dengan wali yang baru. Angka sanga atau sembilan bagi orang  Jawa, adalah angka yang dianggap paling tinggi. Majelis Syuro itu dibuat  sembilan, angka yang ganjil diduga dengan maksud apabila ada voting  dalam menentukan suatu fatwa tidak terjadi kesamaan suara, sehingga  keputusan syuro mudah diambil.
Diantara Wali Sanga yang terkenal di  kalangan masyarakat sampai sekarang  adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan  Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan  Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada  saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain memiliki keterikatan  yang erat baik dalam ikatan darah nasab  terutama ikatan aqidah dengan  hubungan guru – murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang  tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah  keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel.  Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga  adalah sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan  Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah  sahabat para sunan lain kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu  meninggal.
Mereka tinggal di Pantai Utara Jawa dai  awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting poros  Jawa  yakni Surabaya – Gresik – Lamongan di Jawa Timur, Demak – Muria –  Kudus – di Jawa Tengah, serta Cirebon – Banten di Jawa Barat. Mereka  adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.  Mereka mengenalkan berbagai peradaban baru : mulai dari kesehatan,  bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan dan yang  paling pokok memberikan tonggak pada sistem pemerintahan Islam yang  menggantikan  sistem pemerintahan hindis dan budhis.
Era Wali Sanga adalah era berakhirnya  dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan  Kebudayaan Islam. Wali Sanga adalah simbol penyebaran Islam di  Indonesia, khususnya di Jawa. Orientasi perjuangan Wali Sanga adalah  Idharul Islam yang melahirkan tatanan sosial politik baru yaitu tatanan  sosial politik Islam dengan berdirinya Kerajaan Islam di Tanah Jawa.
Sebelum datangnya Maulana Malik Ibrahim  di Gresik, di Tanah Jawa sudah banyak perkampungan Islam, terutama di  daerah Leran. Akan tetapi belum berkembang secara besar-besaran. Baru  sejak kedatangan Maulana Malik Ibrahim, Islam di Gresik khususnya tumbuh  berkembang bagaikan cendawan di musim hujan. Maulana Malik Ibrahim  menetap di Gresik sejak 1401 M (ada yang menyebutkan 1404 M), di Gresik,  Maulana Malik Ibrahim merasa perlu membuat bangunan tempat menimba Ilmu  bersama. Model belajar seperti inilah yang kemudian dikenal dengan nama  pesantren.
Dalam mendakwahkan Islam, Syekh Maulana  Magribi berdakwah dengan cara diplomasi yang ulung yang bisa diterima  oleh akal pikiran masyarakat. Dalam mengajarkan ilmu Syekh Maulana  Magribi memiliki kebiasaan yang khas yaitu meletakan Al-Qur’an atau  kitab Hadist di atas bantal, karena itu ia kemudian dijuluki “Kakek  Bantal”. Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 M. 
0 komentar:
Posting Komentar