Dalam Babad Tanah Jawi  dikisahkan, Raja Brawijaya ingat akan puteranya yang tinggal di  Bintara. Sabdanya kepada Adipati Terung, “ bagaimana kakakmu sudah  sekian lama tidak pernah menghadap. 
Janjinya  setiap tahun akan menghadap, ini sudah tiga tahun tidak datang kesini.  Apakah sudah mulia, lalu lupa pada saya. Kalau begitu, pergilah ke  Bintara tanyakan pada kakakmu apa sebeb tidak menghadap sang raja?”.
Adipati  terung segera ke Bintara diiringi sepuluh ribu pasukan. Sesudah ketemu  dengan kakaknya serta menyampaikan panggilan sang Raja. Raden Fatah  menjawab,” Terima kasih sungguh sangat besar anugerah kasih sayang sang  Prabu. Adapun sebab tidak sowan, adalah begitu besar pantangan  agama, yang tidak mengizinkan umat Islam untuk mengabdi kepada orang  kafir. Serta sudah ditakdirkan bahwa di Bintara akan berdiri kerajaan  yang menjadi awal orang Jawa beragama Islam”.
Pernyataan  Raden Fatah menunjukan sikap aqidah Islamiyah yang telah tertanam dalam  hati sanubarinya. Keyakinan akan wajibnya menegakan perjuangan Islam  dengan Pola Furqon, yaitu sikap buro’ah berlepas diri, menjauhi sampai memerangi orang-orang kafir hatta mereka beriman dan berislam.
Adipati  Terung tanggap dalam hatinya, takut kembali ke Majapahit jika tidak  bersama dengan kakaknya. Ia lalu menyuruh Raden Fatah segera  melaksanakan niatnya. Adipati Terung akan membantu dalam peperangan.  Mereka kemudian berunding bersama, umat Islam di kumpulkan lengkap  beserta senjata-senjatanya di Bintara. Bupati di Madura, Arya Teja di  Cirebon, Bupati di Sura Pringga serta Sunan Giri juga sudah berkumpul di  Bintara dengan bala-pasukannya. Apalagi para wali dan para mukmin sudah  juga sudah berkumpul. Semuanya lalu bersama berangkat ke Majapahit.  Banyak barisan tak terhitung, kota Majapahit dikepung. Orang-orang  Majapahit banyak takluk kepada Adipati Bintara, tak ada yang berani  menyambut perang. Adipati Bintara, Adipati Terung lalu masuk ke  alun-alun. Adipati Bintara duduk di dampar yang ada di pagelaran di hadapan para prajurit.
Patih  Gajah Mada memberitahu Sang Prabu, kedatangan musuh dari Bintara dan  sekarang Adipati Bintara berada di pagelaran. Prabu Brawijaya setelah  mendengar puteranya ada di sana lalu naik ke panggung untuk melihat  putranya itu. Setelah tahu bahwa putranya betul-betul ada di pagelaran,  beliau gaib bersama bala-pasukan yang setia dengan rajanya. 
Adipati  Bintara lalu masuk ke istana. Bukan main herannya ketika tidak dijumpai  seorangpun di situ. Sang Adipati menangis dalam hatinya. Ia lalu keluar  istana kembali ke Bintara dengan semua pengawal dan prajuritnya.  Setibanya di Bintara, Sunan Ampel Denta berkata kepada Adipati Bintara  supaya menjadi raja di Majapahit yang telah menjadi warisannya. 
Seperti sudah dituliskan sebelumnya Sunan Giri menjadi peletak dasar-dasar negara Islam selama 40 hari, dalam istilah Babad Tanah Jawi,”ia memantrai agar hilang bekasnya raja kafir”.
Tahun 1478 M berdirilah Negara Islam yang beribukota di Demak dan menguasai seluruh tanah Jawa dengan Rajanya Raden Fatah yang bergelar Senapati Jin Bun Ngabdur Rahman Panembahan Palembang Sajidin Panatagama.  Ki Wana Pala diangkat patih bernama Patih Mangkurat. Sementara posisi  para wali menempati Majelis Syuro dan Dewan Fatwa yang diketuai oleh  Sunan Giri setelah wafatnya Sunan Ampel.
Senapati  adalah gelar kesatria tertinggi panglima militer,  ini bisa dipahami  karena negara yang dibentuk pada situasi kondisi perang dimana pemimpin  negara pada masa perang dipimpin oleh Panglima Tertinggi Angkatan  Perang, Jin Bun adalah nama kecil dari Raden Fatah yang merupakan keturunan putri raja dari Cina dan cucu dari Syekh Bah Tong (Syekh Bentong), Panembahan Palembang  menunjukan masa kecil yang dididik oleh Arya Damar bapak tirinya Raden  Fatah yang merupakan Raja di Palembang. Gelar utama pimpinan Negara  Islam Demak ini adalah Ngabdur Rahman dan Sajidin Panatagama. Ngabdur Rahman menunjukan pada status di hadapan Allah bahwa beliau adalah Ibadur Rahman, dan Sajidin Panatagama  menunjukan pada fungsi perannya sebagai pemelihara, pelaksana, penata  Ad-Dien atau pembawa Ad-Dien artinya beliau adalah pelanjut fungsi peran  Rosul sebagai pembawa Huda dan Dien.
0 komentar:
Posting Komentar