Lanjutan dari Kisah Abu Nawas yang kemarin Raja Dijadikan Budak
Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan.
Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.
"Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu" kata isteri Abu Nawas.
"Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak"
"Apaaa....?" tanya isterinya heran.
"Raja kujadikan budak !" jawab Abu Nawas.
"Kenapa kau lakukan itu suamiku."
"Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara."
"Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu" kata isterinya kemudian.
"Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku." tanya Abu Nawas balik.
"Pasti kau akan dihukum berat" jawab isterinya.
"Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan" kata Abu Nawas.
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.
Tidak berapa lama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.
"Ada apa ?" tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
"Huuuuuu .... suamiku mati....!"
"Hah ! Abu Nawas mati ?"
"lyaaaa....!" jawab isteri Abu Nawas dengan akting yang memukau.
Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri.
Baginda terkejut, Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas.
Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.
Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.
"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku ?" tanya Baginda.
"Ada Paduka yang mulia" kata istri Abu Nawas sambil menangis.
"Katakanlah" kata Baginda Raja.
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat" kata istri Abu Nawas terbata-bata.
"Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas." kata Baginda Raja menyanggupi.
Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata,
"Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya."
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras,
"Syukuuuuuuuur ...... !"
Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder juga.
"Kau... kau.... sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi ?" tanya Baginda dengan gemetar.
"Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku" kata Abu Nawas.
"Jadi kau masih hidup ?" tanya Baginda yang masih belum percaya.
"Ya, Baginda ! Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang" jawab Abu Nawas dengan santai.
"Kurang ajar ! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas ?
"Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia...."
"Ajarkan ilmu itu kepadaku..." pinta Baginda.
"Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya sedangkan Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri" kata Abu Nawas.
"Dasar pelit !" Baginda menggerutu kecewa...
Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan.
Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.
"Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu" kata isteri Abu Nawas.
"Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak"
"Apaaa....?" tanya isterinya heran.
"Raja kujadikan budak !" jawab Abu Nawas.
"Kenapa kau lakukan itu suamiku."
"Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara."
"Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu" kata isterinya kemudian.
"Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku." tanya Abu Nawas balik.
"Pasti kau akan dihukum berat" jawab isterinya.
"Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan" kata Abu Nawas.
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.
Tidak berapa lama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.
"Ada apa ?" tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
"Huuuuuu .... suamiku mati....!"
"Hah ! Abu Nawas mati ?"
"lyaaaa....!" jawab isteri Abu Nawas dengan akting yang memukau.
Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri.
Baginda terkejut, Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas.
Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.
Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.
"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku ?" tanya Baginda.
"Ada Paduka yang mulia" kata istri Abu Nawas sambil menangis.
"Katakanlah" kata Baginda Raja.
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat" kata istri Abu Nawas terbata-bata.
"Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas." kata Baginda Raja menyanggupi.
Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata,
"Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya."
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras,
"Syukuuuuuuuur ...... !"
Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder juga.
"Kau... kau.... sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi ?" tanya Baginda dengan gemetar.
"Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku" kata Abu Nawas.
"Jadi kau masih hidup ?" tanya Baginda yang masih belum percaya.
"Ya, Baginda ! Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang" jawab Abu Nawas dengan santai.
"Kurang ajar ! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas ?
"Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia...."
"Ajarkan ilmu itu kepadaku..." pinta Baginda.
"Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya sedangkan Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri" kata Abu Nawas.
"Dasar pelit !" Baginda menggerutu kecewa...
0 komentar:
Posting Komentar